Monday, May 17, 2010

MANUSIA DAN KEINDAHAN "KONTEMPLASI"

Perlu dipertimbangkan bahwa “berakar dalam kontemplasi” berbeda dengan “berakar kontemplasi”. Kata “berakar dalam kontemplasi” sendiri merupakan unsur luar dari kehidupan pribadi yang bersangkutan. Sedangkan “berakar kontemplasi”, ya kontemplasi itu sendirilah yang menjadi akar kehidupan rohani. Bila kontemplasi menjadi akar, baiklah orang merenungkan peran akar dalam segala macam tumbuh-tumbuhan.

Rasanya yang dihayati oleh para mistikus aktif, ialah menempatkan kontemplasi sebagai akar dan bukannya kontemplasi sebagai unsur di luar manusia. Fungsi akar bagi tumbuh-tumbuhan adalah bagian vital tumbuh-tumbuhan untuk menyerap segala unsur yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan bisa hidup. Demikian pula kontemplasi menjadi akar kehidupan rohani, ini berarti yang mempunyai fungsi menyerap semua unsur diluar diri manusia sehingga manusia secara rohani dapat hidup. Bagaimana halnya bahwa kontemplasi mempunyai daya penyerapan daya kehidupan ?

Apa itu Kontemplasi?[1]

Kontemplasi berarti doa tanpa kata dan tanpa pemikiran diskursif, dengan demikian dibedakan dari meditasi yang (masih) menimbang-nimbang sesuatu dan beralih dari pengertian yang satu ke yang lain. Kata dan ide yang terus berganti, refleksi untuk menyegarkan wawasan atau mengambil keputusan, bukanlah yang didamba dalam kontemplasi. Proses seperti ini justru menjadi halangan. Yang diinginkan adalah hanyalah kesempatan untuk menyatakan cinta, harapan, percaya dan syukur kepada Tuhan dalam satu dua patah kata saja. Kata itu diulang-ulang sehingga lama kelamaan makna dan manfaatnya kian meresap. Dan tibalah saatnya waktu kerinduan yang lebih mendalam disadari oleh orang berdoa. Apa yang semua merupakan cinta atau syukur yang diungkapkan dalam kata-kata yang kurang bermakna, kini semakin menjadi sikap persembahan, meski pemberian diri seutuhnya mungkin belum berlangsung.

Pergeseran dari meditasi ke kontemplasi biasanya dianggap sebagai langkah maju, yang dapat diharapkan akan terjadi pada tahap tertentu. Kontemplasi dipandang sebagai keadaan yang dicapai secara berjuang. Hanya orang yang sering bermeditasi dapat meraih kontemplasi, dan biasanya justru pada waktu meditasi mulai merasa kering. Konsep berjenjang ini memainkan peranan penting dalam memahami kontemplasi itu sendiri.

Kontemplasi kristiani memerlukan meditasi kristiani. Yaitu refleksi atas cita-cita kristiani yang agung yakni pribadi Kritus sendiri beserta kebenaranNya dan segala sesuatu yang telah dipikirkan, dirasakan, dikehendaki, dikatakan dikerjakan atas namaNya dalam bimbingan Roh Kudus. Tanpa kaitan ini kontemplasi tidak bercorak khas kristiani.

Kontemplaasi pernah digambarkan sebagai perhatian sederhana yang disertai cinta “pandangan penuh cinta” atau mengintip ke surga dengan mata rohani. Contemplare (latin) berarti memandang dengan saksama, melihat dan meneliti yaitu mengamati tanda-tanda yang terjadi di “templum” yaitu tempat ibadah tempat mencari tahu kehendak ilahi.

No comments:

Post a Comment