Nasib baik nasib buruk siapa yang tahu”, begitu kata Anthony de Mello, seorang bijak dari Timur.
Ditengah keramain orang yang berbelanja, aku duduk bersama seorang teman sambil menikmati Coffee Latte di sebuah cafe di pusat pertokoan Galleries di Bristol.
“Aku mengenal satu pasangan istimewa”, begitu kata temanku membuka percakapan sore ini. “Aku memberkati pernikahan mereka beberapa tahun lalu”. Sebutlah nama mereka Andrew & Anne.
----
Kisah cinta mereka dimulai sebelum perang dunia kedua tapi ketika perang pecah, Andrew dikirim tuk melayani pasukan Inggris di Egypt. Sebagaimana pasangan pada umumnya waktu itu, sebelum Andrew berangkat mereka memutuskan untuk bertunangan. Mereka berjanji tuk setia dan bertemu lagi setelah perang berakhir.
Anne tinggal di Bristol selama perang dunia kedua berlangsung. Waktu itu Bristol dibombardir dengan ribuan bom oleh tentara Nazi. Banyak bangunan rusak. Situasi tak menentu. Suatu sore selesai bertugas membantu tentara Sekutu, Anne memutuskan pulang ke rumahnya tapi karena situasi benar-benar menakutkan, dia meminta bantuan seorang tentara Canada tuk mengantarnya pulang.
Peristiwa ini rupanya membawa nasib buruk untuknya. Peristiwa ini “direkam” seseorang dan dikirim ke sang kekasih di Egypt dengan berita tambahan, “Tunanganmu telah berlabuh di lain hati”. Andrew pun marah besar dan mengirimkan surat putus tanpa penjelasan.
----
Perang dunia kedua usai. Andrew kembali ke Bristol. (Rupanya setelah mendapat surat putus dari Andrew, Anne sangat kecewa dan pergi meninggalkan Bristol tanpa meninggalkan jejak). Andrew kemudian menikah dan dikarunia seorang anak laki-laki. Hidup pernikahannya bahagia sampai suatu saat nasib buruk itu datang lagi. Di hari pernikahan anak semata wayang mereka, si istri yang menyeberang jalan ke acara resepsi tertabrak mobil. Dan beberapa bulan kemudian istrinya meninggal. Sejak saat itu Andrew berusaha tabah dan mulai melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan gereja.
Suatu hari Andrew, sebagai permanen diakon, mendapatkan panggilan tuk membagikan komuni orang sakit kepada seorang ibu yang lagi sakit keras. Dan betapa terkejutnya Andrew ketika orang yang dia temui kali ini tak lain dan tak bukan adalah tunangannya beberapa puluh tahun lalu, Anne. Nasib baik ini akhirnya datang juga secara tak terduga.
(Anne telah ditinggalkan suami yang meninggal beberapa tahun lalu karena kanker. Dia dikaruniai beberapa anak. Hidup perkawinannya juga tergolong bahagia).
Pertemuan yang tak disangka dan tak terduga ini membuka kembali lembaran masa lalu. Pertanyaan Anne tentang surat putus dari Andrea dan pertanyaan Andrew tentang ketidaksetian Anne terjawab sudah. Ternyata semuanya berasal dari surat seseorang dan kekurangsabaran Andrew. Selama puluhan tahun Andrew dibuat percaya pada informasi yang dia dapat dan merasa telah berbuat yang benar tapi kali ini dia menyadari kekeliruan terbesar yang telah dia buat dalam hidupnya.
Tali kasih akhirnya kembali terjalin. Mereka memutuskan untuk menikah lagi dengan restu dari anak-anak mereka. “Saya akan menikah dengan kamu dengan dua syarat”, kata Anne pada Andrew. “Syarat pertama kamu harus meminta maaf tidak hanya dengan kata-kata tapi secara tertulis atas pemutusan pertunangan secara sepihak beberapa puluh tahun lalu dan syarat kedua kalau aku meninggal aku mau dikuburkan disamping suami pertamaku”. Kedua syarat ini diterima oleh Andrew.
Andrew & Anne pun menikah di usia lanjut, 80-an. Dihari pernikahan mereka, yang dihadiri oleh semua anak mereka, secara simbolis, surat permintaan maaf dari Andrew dibakar didepan altar. Merekapun menjadi satu.
----
Aku terpaku mendegarkan cerita temanku dan dalam hati aku cuma bisa berkata, “Inilah kisah istimewa dari pasangan yang mengalami nasib buruk dan nasib baik, yang datangnya tak terduga dan tidak pernah diminta. Datang dan pergi begitu saja seperti datang dan perginya hidup ini”.
*dengan sedikit editan
Tuesday, May 25, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment